Latest Updates

Nitip Doa Bayar?




Berdoa itu sebetulnya urusan langsung antara hamba dengan Allah. Sehingga doa terbaik adalah doa yang diucapkan seorang hamba untuk dirinya sendiri.

Bagaimana jika satu saat ada orang yang menitipkan doa?
Nitip doa itu sejatinya kan sama dengan "minta didoakan" oleh orang lain. Soal tempatnya di raudhoh, tanah haram, ataupun tempat lain itu soal lain, tapi esensinya tetap "minta didoakan" oleh orang lain.

Ini tidak berbeda jika kita menggelar tahlilah dengan menggundang tetangga, ataupun kawan-kawan kita. Semuanya mulia, semuanya boleh, mengingat ini diniatkan untuk kemuliaan.

Menjadi masalah memang jika kemudian "nitip doa dan harus bayar." Soal niatnya memang hanya Allah dan para pelakunya yang tahu, tapi dalam hal yang terkait dengan doa sudah kita bahas di atas. Tetap sah saja.

Soal "mbayar" ini yang menjadi banyak segi. Ini terkait amanah dari banyak orang, bagaimana pengelola menjelaskannya. Bagaimana pengelola mentashorufkan uang yang terkumpul, untuk apa saja, dimana, dan seterusnya seharusnya juga bisa diakses oleh publik. Ini penting agar kita juga belajar menata diri. Belajar tentang transparansi. Dan pada ujungnya belajar menata hari, menata diri, untuk selalu amanah terhadap sekecil apapun titipan amanah tersebut.

Dan ingat juga, amanah itu bukan semuanya berbentuk harga. Anak kita adalah amanag, keluarga kita juga amanah. Pekerjaan kita, kekuasaan yang kita sandangpun juga amanah. Bagaimana kita tasharufkan semua amanah tersebut, itulah inti dari semua titipan amanah, tasharufnya.

0 Response to "Nitip Doa Bayar?"

Post a Comment